Rabu, 12 Agustus 2009

Embrio tentang: Nurdin M Top Vs Petani Polongbangkeng Takalar di Ring Tarung Media Lokal

Celoteh tentang “netralitas media”, “….. di garis tak berpihak”, bla..bla..bla…yang tiap hari disodorkan kepadamu di teras rumah, menemani secangkir kopi yang kau minimum, tinggal jargon palsu belaka. Sekali lagi, anggapan bahwa media massa hari ini hanya jadi “loudspeaker” P2 (penguasa+pemerintah) bukan isapan jempol belaka. Hampir disepanjang minggu awal bulan agustus ini, ruang keluargamu dibom-bardir oleh berita tentang perburuan teroris (apa..binatang kapang) melaui televisi, surat kabar lokal juga tak mau kalah, headline yang ditampilkan sepanjang pecan ini juga tentang t-erorr-isme. Sementara peristiwa yang tak kalah dahsyatnya dengan ledakan bom yang nun jauh di sana, terjadi di takalar, sulsel dan media lokal hanya memberitakannya dihalaman belakang dengan porsi yang sangat sedikirt. Ya! Petani Polongbangkeng yang setelah 28 tahun tanahnya “dijarah” oleh PTPN Nusantara 14, perusahaan perkebunan Negara yang tak kalah rakusnya dengan korporsi swasta, menolak memperpanjang kontrak sewa tanah mereka kepada PTPN 14 dan terlibat “perang” dengan polisi. Hahaha..di mana-mana korporasi sama saja, mau swasta, mau milik negara sama saja corak dan relasi produksinya.

Hari ini Rabu 12 Agustus 2009 kembali ku tengok surat kabar lokal, berharap ada berita terbaru dari petani Puolongbangkeng. Lagi-lagi headline tentang pelaku t-erorr yang sudah terungkap identitasnya. Sementara berita tentang Polongbangkeng hanya berupa konfirmasi Pemprov dan kepolisian tentang penarikan pasukan dari tanah sengketa, itupun di sisispkan jauh di halaman belakang yang hampir luput dari pandanganku. Jika berbicara dalam konteks kaidah jurnalistik, dalam hal ini nilai berita, poin tentang proximitas berita tentunya akan dimenangkan oleh Petani Polongbangkeng dalam pertarungannya di meja redaksi. Tetapi sebagai agen propaganda P2, media akhirnya secara tidak fair memenangkan t-erorr-is Nurdin M Top dkk di pada sesi perebutan headline yang akan dimuat di halaman paling depan Koran lokal di kota ini.

Mengapa hampir tiap hari berita tentang Nurdin M Top dkk selalu mendapat porsi yang besar dalam jam tayang pemberitaan ataupun halaman utama sebuah surat kabar? Mengapa berita tentang t-error-is ini selau diteriakkan berulang-ulang ke telinga kita? Hahaha..Pernah dengar pepatah tua yang bunyinya : “Kebohongan yang selalu dikabarkan berulang-ulang pada akhirnya akan menjadi sebuah kebenaran baru”? Itu dia, Nurdin M Top tak lebih hanyalah tokoh hayalan seperti fabel aladin dari Irak, yang terus diberitakan hingga tokoh ini menjadi hidup di tengah masyarakat kita. Dengan hendak menutupi ketidakbecusannya mengelola negara ini, t-erorr bom dihadirkan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat pada negara sebagai tempat berlindung yang aman dari serangan teororis dan semacamnya. Sementara kasus tanah antara pemerintah (PTPN 14) dan warga asli Polongbangkeng sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah untuk menghindari simpati masyarakat pada warga Polongbangkeng yang mempertahankan tanah miliknya dengan parang dan tombak melawan sekompi Brimob lengkap dengan senjata api yang dibeli dari pajak yang mereka bayarkan sendiri pada pemerintah.

Pengepungan terhadap raja t-erorr-is Nurdin M Top oleh Datasemen 88 hanyalah sandiwara belaka. Pengepungan sebenarnya terjadi di Polongbangkeng, Kabupaten Takalar. Warga dikepung oleh Pemerintah, PTPN, Media Massa, dan Polisi yang besekongkol untuk memuluskan jalan merebut tanah warga yang menjadi satu-satunya penopang hidup mereka. Warga Polongbangkeng “need back up” dalam perjuangannya melawan persekongkolan itu. Warga Polongbangkeng butuh dirimu, agar kau bisa tercerabut dari sandiwara yang terus kau ulangi setiap harinya!

Tidak ada komentar: